Apa yang paling kalian ingat sewaktu SD? Selain seragam merah putihnya apalagi coba?
Nahh logonya yang ungkapannya sering kita dengar dengan sebutan Tut Wuri Handayani.
Tahukah kalian apa arti Tut Wuri Handayani ?
Tut Wuri Handayani merupakan sebuah istilah yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara yang kita kenal sebagai Bapak Pendidikan. Istilah Tut Wuri Handayani memiliki arti yang sangat mendalam, sampai ungkapan ini digunakan sebagai semboyan pendidikan. Makanya kita sering mendengar ungkapan itu kan?
Marilah kita pelajari bagaimana sih sejarah dan makna Tut Wuri Handayani yang sebenarnya?
Sejarah Tut Wuri Handayani
Tahukah kalian Sejarah Tut Wuri Handayani? Kapankah istilah tersebut diresmikan menjadi semboyan pendidikan? Logo Tut Wuri Handayani pertama kali diresmikan pada tanggal 6 September 1977 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Sjaref Thajeb.
Dalam pidatonya Bapak Sjaref Thajeb mengungkap bahwa latar belakang diresmikannya simbol ini dikarenakan banyaknya instansi di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang mempergunakan simbol sendiri-sendiri. Hal ini mengakibatkan tidak menunjukkan kekompakan dengan yang lain, sehingga tidak mencerminkan persatuan dan kesatuan yang kokoh didalam tubuh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Selain latar belakang tersebut, pembuatan simbol ini dimaksudkan supaya bisa melukiskan tugas dan kegunaan Departemen di dalam mendidik, mencerdaskan dan membudayakan kehidupan bangsa. Pembuatan lambang tersebut juga merupakan hasil sayembara yang diadakan oleh Panitia yang bekerjasama bersama ASRI dan ITB.
Logo Tut Wuri Handayani
Logo Tut Wuri Handayani yang digunakan sebagai lambang pada departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga diperkuat dengan dikeluarkannya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Nomor : 0398/M/1977 tanggal 6 September 1977.
Pada SK diatas juga telah disebutkan mengenai arti dari lambang Tut Wuri Handayani adalah sebagai berikut ini:
1. Logo Bidang Segi Lima (warna Biru Muda)
Artinya, menggambarkan alam kehidupan dari Pancasila
2. Logo Semboyan Tut Wuri Handayani
Digunakan oleh Ki hajar Dewantara dalam melaksanakan sistem pendidikannya. Pada saat memulai pencantuman dari semboyan ini yang berarti memiliki serta saling melengkapi penghargaan dan penghormatan kita kepada almarhum Ki hajar Dewantara yang mana hari lahirnya telah dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
3. Logo Belencong Menyala Bermotif Garuda
Belencong (menyala) merupakan lampu yang khusus digunanakan pada pertunjukan wayang kulit. Cahaya belencong memicu pertunjukkan jadi hidup. Sedangkan Burung Garuda (yang menjadikan sebagai motif Belencong) menumbuhkan deskripsi sifat gagah perkasa, dinamis, mampu dan berani independen mengarungi angkasa luas. Ekor dan sayap garuda diekspresikan tiap-tiap lima, yang berarti : “satunya kata dengan perbuatan Pancasilais”
4. Logo Buku
Buku merupakan sumber bagi segala ilmu yang mampu berfaedah bagi kehidupan manusia.
Bidang segi lima (biru muda). Menggambarkan alam kehidupan Pancasila
5. Logo Warna
Warna putih pada ekor dan sayap Garuda dan buku berarti suci, bersih tanpa pamrih. Warna kuning emas pada nyala api berarti keagungan dan keluhuran pengabdian. Sedangkan pada warna biru muda, yang ada pada bidang segi lima yang memiliki arti pengabdian yang tidak kunjung putus dengan hanya memiliki pandangan hidup yang mendalam yaitu pandangan hidup Pancasila
Arti Tut Wuri Handayani
Ternyata istilah Tut Wuri Handayani tak hanya mempunyai satu arti, namun banyak makna yang berasal dari istilah tersebut.
Sungguh menakjubkan bisa membuat satu ungkapan yang sudah mencakup tentang tujuan pendidikan.
Istilah ini menggunakan susunan dari Bahasa Jawa, yang jika di terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia ini sungguh menyiratkan makna yang mendalam. istilah Tut Wuri Handayani ternyata berasal dari ungkapan ”Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”, Yang artinya:
- Ing Ngarsa sung Tuladha : ing ( di ), Ngarsa ( depan ), sung ( jadi ), Tuladha ( contoh atau panutan ) makna: Di Depan menjadi Contoh atau Panutan
- Ing Madya Mangun Karsa : ing ( di ), Madya ( tengah ), mangun ( berbuat ), Karsa ( penjalar ) makna: Di sedang Berbuat Keseimbangan atau Penjalaran
- Tut Wuri Handayani : Tut ( di ), Wuri ( berbuat atau mengelola ), Handayani ( Dorongan ) makna: Di Belakang membawa dampak Dorongan atau Mendorong
Setidaknya maknanya itu, yang jika kita coba gabungkan dari istilah ”Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” memiliki arti ”Di Depan Menjadi Panutan atau Contoh, Di Tengah menjadi Penjalar atau Penyeimbang sesama, dan di Belakang memberikann sebuah dorongan ”
Sungguh dalam arti dari ungkapan tersebut. Bahkan Kemdikbud telah mengambil kata ”Tut Wuri Handayani ” sebagai simbol yang sering kita temui dengan sebutan Logo tut wuri handayani dalam dunia pendidikan.
Meskipun hidup di jaman yang sulit, selalu saja ia berkarya dan karyanya tetap kami nikmati. sehingga kita semua sebagai generasi penerus seharusnya supaya bisa menjadi layaknya mereka dan menciptakan generasi baru yang bisa menerapkan tujuan dari para pendahulu kita.
Makna Ing Ngarso Sung Tulodo Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani
Akan kita jabarkan lagi mengenai makna-makna dari Ing Ngarso Sung Tulodo Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani, yaitu:
- Ing Ngarso Sung Tulodo
Berasal dari per katanya, maka bisa diartikan ing ngarso sung tuladho itu berasal dari kata ing ngarso yang diartikan di depan, sung (lngsun) yang berarti saya, dan kata tulodo yang berarti tauladan.
Dengan demikianlah arti berasal dari semboyan ki Hajar Dewantara yang pertama ini adalah di saat menjadi pemimpin atau seorang guru perlu mampu beri tambahan suri tauladan untuk seluruh orang yang ada disekitarnya.
- Ing Madyo Mangun Karso
Berasal dari asal katanya, maka bisa diartikan Ing Madyo Mangun Karso berasal berasal dari kata Ing Madyo yang diartikan di tengah-tengah, Mangun yang memiliki arti memunculkan dan karso yang memiliki arti wujud kemauan atau niat.
Dengan demikianlah arti berasal dari semboyan Ki Hajar Dewantara yang ke-2 ini adalah seorang guru di tengah-tengah kesibukannya dikehendaki mampu memunculkan dorongan terhadap peserta didiknya.
- Tut Wuri Handayani
Berasal dari asal katanya, maka bisa diartikan Tut Wuri Handayani, dirangkai berasal dari kata tut wuri yang memiliki arti mengikuti berasal dari belakang da kata handayani yang memiliki arti beri tambahan dorongan atau dorongan semangat.
Dengan demikianlah semboyan ki Hajar Dewantara yang ketiga ini memiliki arti bahwa seorang guru dikehendaki mampu beri tambahan suatu dorongan ethical dan dorongan kepada peserta didik disaat guru selanjutnya berada di belakang.
Kesimpulan dari Tut Wuri Handayani
Dari semboyan tut wuri handayani, beliau lah yang mendorong dan memperjuangkan pendidikan rakyat Indonesia. Sudah seharusnya guru-guru di Indonesia yang merupakan penerus dalam memperjuangkan pendidikan, harus menanamkan nilai-nilai positif terhadap bangsa Indonesia.
Karena, di tangan para gurulah nasib para penerus generasi bangsa ini nantinya dan kemajuan pendidikan bangsai Indonesia dipertaruhkan. Hrapan kedepannya kita bisa berkontribusi di dalam hal yang positif dan ikut dan juga menyalurkan kemampuannya di di dalam bidang pendidikan semaksimal mungkin.
Tetaplah ingat untuk apa semboyan kita dibuat dan apa makna semboyan tersebut.. jikalau kami berada di posisi depan maka kami harus menjadi Panutan, Jika kami berada di Tengah kami harus memiliki berjiwa yang mudah bergaul, dan jikalau di kami berada di belakang maka kami harus menjadi pendorong ya.
Kita Terapkan makna dari ungkapan tersebut untuk masa depan yang lebih baik.
Salam Edukasi 🙂 Semangat bagi generasi muda untuk memajukan negeri ini..