Saat fenomena perburuan liar tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan di belahan dunia lainnya pun banyak terjadi. Perburuan liar menyebabkan berkurangnya spesies hewan. Entah apa yang ada di fikiran, mereka tidak memikirkan apa dampak setelahnya
Dalam artikel ini akan kita ulas mengenai beberapa hewan langka yang terancam kepunahannya.
Hewan langka di Indonesia
Indonesia kaya akan fauna yang khas, namun beberapa di antaranya telah langka. Apa saja hewan langka Nusantara yang terancam punah?
Dengan luas wilayah indonesia yang sebegitu luasnya dan terletak di antara dua benua besar, Indonesia menjadi negara yang memiliki beragam jenis flora dan fauna, baik itu yang berkarakter Asiatic, Australis, maupun peralihan. Namun sayangnya, dari ribuan jenis flora dan fauna yang hidup di wilayah Indonesia, ada sbanyak flora dan fauna Indonesia yang masuk dalam daftar spesies yang terancam punah (hewan langka) dan patut dilindungi. Beberapa Daftar hewan langka di Indonesia yang terancam punah adalah sebagai berikut:
Daftar Hewan Langka di Indonesia dan Dunia yang Terancam Punah
Disini akan kita bahas sekitar 30 spesies hewan langka yang sudah masuk dalam zona kritis dan harus dilakukan berbagai upaya untuk melestarikannya. Sebenarnya, dalam dunia konservasi pun, tidak dikenal istilah hewan langka, namun disebut sebagai “hewan langka terancam punah”.
Istilah ini sudah lazim dipakai oleh berbagai lembaga atau organisasi konservasi internasional, misalnya IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources). Dengan bekerjasama dengan berbagai negara, organisasi dunia ini bergerak aktif untuk menangani semaksimal mungkin berbagai sumber daya alam (flora & fauna) yang sudah masuk dalam daftar terancam punah atau Red List of Threatened Species.
Orang Utan Sumatera dan Kalimantan
hewan yang hidup entah di pulau Sumatera atau Kalimantan juga termasuk spesies yang sangat terancam punah. Menurut laporan IUCN, selama 75 tahun terakhir populasi orang utan Sumatera terus penurunan sebanyak 80%. Dalam kurun waktu 1998 dan 1999, telah dilaporkan mencapai sekitar 1000 orang utan per tahun. Sementara itu, pada tahun 2004, telah diperkirakan bahwa total populasi orangutan di Pulau Borneo, baik di wilayah Indonesia maupun Malaysia terdapat sekitar 54 ribu individu. Kebalikan dari orangutan Borneo, orang utan di Sumatera mempunyai kantung pipi yang panjang pada orang utan jantan.
Harimau Sumatera
Saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera tak lebih dari 300 ekor saja, sehingga menurut WWF spesies yang merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis atau hewan langka yang terancam punah (critically endangered) dan masuk dalam daftar merah.
Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang paling gelap dari semua harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Tubuhnya juga relatif paling kecil dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini. Semakin sempitnya luas habitat karena aktivitas pembukaan lahan yang dilakukan manusia yang tak bertanggung jawab, membuat mereka semakin terancam punah.
Komodo
Habitat komodo (Varanus komodoensis) di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan oleh karena itu IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka. Habitat utama kadal raksasa ini hanya ada di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Komodo pertama kali didokumentasikan oleh orang Eropa tahun 1910. Nama hewan karnivora ini semakin dikenal dunia setelah tahun 1912 Pieter Antonie Ouwens, direktur Museum Zoologi di Buitenzorg (kini Bogor), menerbitkan paper tentang komodo setelah menerima foto dan kulit reptil ini.
Burung Jalak Bali
Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dibuat oleh pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912. Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik di Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini juga dilindungi undang-undang. Untuk mencegah terjadi ancaman kepunahan yang makin serius, sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran jalak Bali (Leucopsar rothschildi).
Badak Jawa dan Sumatera
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) juga menjadi perhatian utama bagi pemerintah dan para pecinta lingkungan. Badak sumatera (Sumatran rhino) dan Badak Jawa (Javan rinho) merupakan dua dari 5 spesies badak yang masih mampu bertahan dari kepunahan, selain badak india, badak hitam afrika, dan badak putih afrika. Namun, kedua badak ini sudah masuk dalam kategori sangat terancam. Status konservasi critically endangered ini disandangkan pada spesies badak di Indonesia sejak tahun 1996.
Gajah Sumatera
Tak hanya harimau Sumatera tapi saat ini Gajah Sumatera jumlah populasiny juga menipis sehingga menurut WWF masuh dalam spesies yang di klasifikasikan sebagai hewan langka yang terancam punah (critically endangered).
Kanguru Pohon Wondiwoi
Rupanya, Kanguru bukan hanya milik Australia saja, karena Indonesia pun juga memilikinya. Kanguru Pohon Wondiwoi merupakan salah satu spesies hewan langka endemik yang hidup di Pulau Papua. Berdasarkan spesimen yang ditemukan Ernst Mayr, hewan yang memiliki nama ilmiah Dendrolagus mayri ini mempunyai berat sekitar 9,25 kg. Bulunya berwarna hitam suram dengan beberapa bagian yang berwarna kekuningan. Daerah pantat dan tungkai berwarna kemerahan dengan ekornya keputihan. Menurut IUCN Red List, diperkirakan jumlah populasi kanguru pohon ini sekitar 50 ekor individu saja. Hal inilah yang membuat pihak IUCN Red List memasukkan Kanguru Pohon Wondiwoi atau Wondiwoi Tree-kangaroo sebagai spesies yang sangat terancam punah (Kritis).
Anoa
Anoa merupakan hewan endemik pulau Sulawesi, tepatnya di provinsi Sulawesi Tenggara. Hewan ini juga termasuk fauna peralihan (Asiatic – Australis). Hewan yang dikategorikan sebagai hewan langka ini sudah di ambang kepunahan sejak tahun 1960-an. Hewan ini tidak bisa menjadi hewan ternak, karena tidak bisa dijinakkan.
Monyet Hitam Sulawesi
Kera Hitam Sulawesi atau dalam bahasa ilmiah disebut Macaca nigra atau sering juga disebut monyet berjambul merupakan salah satu dari sekian jenis primata yang keberadaannya mulai langka dan terancam mengalami kepunahan. Kera Hitam Sulawesi merupakan satwa endemik pulau Sulawesi, tepatnya di daerah provinsi Sulawesi Utara.
Pesut Mahakam
Pesut mahakam atau dalam bahasa Latin disebut Orcaella brevirostris adalah hewan mamalia yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah. Populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah.
Macan Tutul Jawa
Harimau Jawa telah lama punah, dan spesies sejenis yang masih ada di tanah Jawa adalah Macan Tutul Jawa atau dalam bahasa Latin disebut Panthera pardus melas. Hewan langka yang menjadi ikon dari provinsi Jawa Barat ini merupakan satwa endemik pulau Jawa dan menjadi bagian dari sembilan subspesies Macan Tutul (Phantera pardus) di dunia. Macan Tutul Jawa yang telah dikategorikan dalam status konservasi “Critically Endangered” mempunyai dua jenis variasi, yaitu Macan Tutul berwarna terang dan Macan Tutul berwarna hitam yang biasa disebut dengan Macan Kumbang. Meskipun berwarna berbeda, kedua kucing besar ini adalah subspesies yang sama. Menurut laporan dari IUCN, jumlah Macan Tutul Jawa yang masih hidup tak lebih dari 300 ekor di habitatnya.
Kura-kura Paruh Betet
Dalam bahasa Inggris kura-kura hutan sulawesi yang endemik pulau Sulawesi ini disebut sebagai Sulawesi Forest Turtle. Sedangkan resminya, hewan langka ini mempunyai nama latin yaitu Leucocephalon yuwonoi yang bersinonim dengan Geoemyda yuwonoi dan Heosemys yuwonoi. Kura-kura hutan Sulawesi ini sering juga dikenal dengan nama kura-kura paruh betet. Pemberian julukan nama tersebut dikarenakan bentuk mulutnya yang unik seperti burung betet. Kura-kura hutan Sulawesi (kura-kura paruh betet) ini termasuk dalam salah satu dari 7 jenis reptil paling langka di Indonesia. Bahkan termasuk dalam daftar The World’s 25 Most Endangered Tortoises and Freshwater Turtles—2011 yang dikeluarkan oleh Turtle Conservation Coalition.
Elang Flores
Elang flores atau Nisaetus floris merupakan jenis elang berukuran besar yang berukuran sekitar 71 – 82 cm yang turut memperkaya keragaman burung di nusantara. Meskipun namanya elang flores, burung ini juga dapat dijumpai juga di Pulau Lombok, Sumbawa, serta pulau kecil Satonda dan Rinca, selain tentu saja di Pulau Flores, Nusa Tenggara. Kecenderungan populasi elang flores yang terus menurun membuat Badan Konservasi Dunia IUCN menetapkannya sebagai jenis “satu langkah menuju kepunahan” (Critically Endanger)
Ekidna Moncong Panjang Barat
Ekidna Moncong Panjang Barat (Zaglossus bruijnii) atau yang dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan Western Long-beaked Echidna merupakan hewan endemik yang berasal dari Papua, dan Australia (punah) yang hidup di ketinggian 1300-4000 mdpl. Habitatnya adalah padang rumput alpin dan hutan yang lembab. Ekidna merupakan hewan mamalia yang bertelur (ordo Monotremata) yang masih bertahan hidup hingga sekarang di samping platipus (Ornithorhynchus anatinus). Sebagaimana dengan platipus, Ekidna termasuk hewan yang aneh. Ekidna menjadi aneh lantaran hewan mamalia selayaknya harimau ataupun tarsius tetapi ekidna tidak melahirkan anaknya melainkan bertelur.
Kodok Pohon Ungaran
Philautus jacobsoni atau biasa disebut Katak Pohon Ungaran. Memiliki status Critically endangered (hampir punah) dan masuk dalam daftar The IUCN Red List of Threatened Species tahun 2008. Dalam pernyataannya, Philautus jacobsoni dinyatakan hampir punah dengan alasan daerah yang menjadi habitatnya kurang dari 10 km2, semua individu dari jenis katak ini hanya terdapat di Gunung Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.
Burung Trulek Jawa
Burung Trulek Jawa (Vanellus macropterus) merupakan salah satu jenis burung endemik Jawa yang memiliki habitat utama di wilayah rawa yang luas, seperti padang rumput luas. Menurut data IUCN terbaru tahun 2013, jumlah populasi Trulek Jawa ini sangat kecil, diperkirakan kurang dari 50 individu saja. Jumlah populasi yang dimungkinkan terus menurun ini, disebabkan oleh gangguan manusia dan konversi habitat untuk budidaya dan pertanian, serta perburuan.
Kakatua Jambul Kuning
Jenis burung yang semakin terancam kelestariannya adalah burung Kakatua Jambul Kuning atau dalam nama ilmiahnya disebut Cacatua sulphurea. Daerah sebaran kakatua-kecil jambul-kuning adalah Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, dan Timor, di tempat yang masih terdapat hutan-hutan primer dan sekunder. Menurut Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Nusa Tengara Barat Dr Ir Widada MM, seperti dikutip dari Republika, mengungkapkan populasi burung Kakatua Jambul Kuning yang hidup di alam liar di daerah NTB saat ini tersisa 145 ekor.
Simakobu
Simakobu adalah monyet berhidung pesek yang status populasinya juga sangat mengkhawatirkan dan orang jarang bahkan mungkin banyak yang tidak mengenalnya. Simakobu adalah spesies monoleptik dimana binatang ini tidak memiliki ‘saudara’ dalam marganya. Russel A. Mittermeier, Presiden Conservation International (CI) juga menambahkan bahwa Simakobu merupakan satu-satunya monyet pemakan daun yang mempunyai ekor melingkar pendek dan mempunyai hidung tumpul seperti halnya monyet emas atau monyet berhidung pesek. Simakobu atau yang bernama ilmiah Simias concolor ini menjadi penting karena statusnya dalam IUCN yang dikategorikan sebagai spesies yang Critically Endangered atau status konservasi tingkat keterancaman tinggi (hewan langka) dan dicap sebagai ‘The World’s 25 Most Endangered Primates’. Hal ini terjadi karena populasi monyet ekor babi selama 10 tahun terakhir mengalami penurunan hingga 80%.
Beruk Mentawai
Selain Simakobu, kawasan Mentawai juga dihuni spesies primata lainnya. Orang lokal menyebutnya Bokoi atau bokkoi (Macaca pagensis). Mereka adalah sejenis monyet yang menyebar terbatas (endemik) di Kepulauan Mentawai, lepas pantai barat Sumatera. Nama itu adalah sebutan yang sering digunakan oleh penduduk Kepulauan Mentawai untuk menyebut hewan tersebut. Nama lainnya adalah beruk mentawai, sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut dengan nama Pagai Island Macaque. Epitet spesifiknya, yaitu pagensis, berarti “berasal dari Pagai”; merujuk kepada pulau-pulau Pagai di Kepulauan Mentawai sebagai habitat asal beruk ini yang kian terancam punah.
Tarsius Siau
Tarsius adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Tarsius mempunyai tubuh kecil dengan mata yang sangat besar; tiap bola matanya berdiameter sekitar 16 mm dan keseluruhan berukuran sebesar otaknya. Kaki belakangnya juga sangat panjang. Sampai saat ini populasi Tarsius cenderung mengalami penurunan (IUCN, 2012). Perkiraan kepadatan populasi Tarsius di Tangkoko adalah 156/km2 (Gursky, 1997). Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Faktor luar (eksternal) yang mempengaruhi Tarsius antara lain adalah lingkungan(habitat,sarang, jenis vegetasi), iklim (suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan curah hujan), predator (kucing hutan, ular dan manusia), dan pakan.
Gagak Banggai
Burung Gagak Banggai atau Corvus unicolor sempat dinyatakan telah punah, kemudian tahun 2007 lalu kawanan spesies ini terlihat kembali di alam liar dengan jumlah terbatas. Hal inilah yang mendasari bahwa kondisi spesies ini termasuk satwa dilindungi dan terancam punah. Gagak banggai merupakan salah satu jenis burung endemik Sulawesi. Burung ini sebarannya terbatas hanya pada daerah Kepulauan Banggai. Gagak Banggai berukuran kurang lebih 39 cm dengan corak tubuh berwarna hitam dengan iris pucat, ekor yang pendek, berkaki gelap dan leher mungkin menunjukkan kemilau cokelat kusam. Selain itu suara kicauan burung memberikan 3-4 catatan berderit peluit Kruik, Kruik, Kruik, Kruik, yang berlangsung 2-3 detik.
Burung Kacamata Sangihe
Burung Kacamata Sangihe atau Zosterops nehrkorni merupakan salah satu satwa (aves) yang telah ditetapkan sebagai burung langka, dan berada dalam kategori status critically endangared oleh IUCN. Hal ini tidak lain disebabkan karena habitat burung kacamata sangihe yang sangat sempit dan adanya perburuan liar karena burung ini memiliki suara kicauan yang indah. Bahkan pada tahun 1999 burung ini sempat dinyatakan punah oleh para peneliti dikarenakan kicauannya tidak terdengar lagi di Gunung Sahendaruman dan Gunung Sahengbalira di pulau Sangihe. Namun sayangnya, burung yang disebut mata mawiera oleh penduduk setempat ini belum didaftarkan sebagai burung yang dilindungi oleh pemerintah Republik Indonesia (RI). Hal ini dibuktikan dengan tidak dicantumkannya namanya pada lampiran PP No. 7 tahun 1999.
Burung Hantu (Celepuk) Siau
Celepuk siau (Otus siaoensis) adalah salah satu burung langka yang masuk dalam kategori terancam punah di dunia. Burung celepuk siau merupakan burung endemik yang hanya terdapat di sebuah pulau kecil bernama “Siau” di Kabupaten Sangihe, Propinsi Sulawesi Utara. Sesuai dengan namanya, Celepuk siau merupakan anggota burung hantu (ordo Strigiformes) yang dalam bahasa Inggris biasa disebut sebagai Siau Scops-owl. Sedangkan dalam nama ilmiah (latin) celepuk ini diberi nama Otus siaoensis. Populasi burung endemik ini tidak diketahui dengan pasti, namun berdasarkan persebarannya yang hanya terbatas di pulau dan penampakan langsung yang jarang sekali, celepuk siau dikategorikan oleh IUCN Redlist dalam status konservasi Kritis (Critically Endangered) sejak tahun 2000. CITES juga memasukkan celepuk ini dalam Apendix II sejak 1998.
Katak Merah atau Katak Strawberry
Kodok Merah atau dalam bahasa latinnya Leptophryne cruentata merupakan jenis kodok endemik yang hanya ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Kodok Merah pun menjadi salah satu hewan langka yang terancam punah. Kodok Merah sering kali disebut juga sebagai Katak Darah. Kodok Merah dalam bahasa Inggris disebut sebagai Bleeding Toad atau Fire Toad. Sedangkan dalam bahasa latin (nama ilmiah) hewan ini disebut Leptophryne cruentata. Nama latinnya ini mempunyai arti kurang lebih ‘berdarah’.
Burung Tokhtor Sumatera
Burung Tokhtor Sumatera memiliki nama latin carpococcyx viridis adalah burung endemik pulau Sumatera yang termasuk di dalam 18 burung sangat langka di indonesia. Burung tokhtor sumatera telah terdaftar sebagai salah satu satwa yang langka yaitu status konservasi dengan keterancaman sangat tinggi. Jumlah populasinya diperkirakan tak sampai mencapai 300 ekor. Burung tokhtor sumatera dulu sudah dianggap telah punah karena sejak termuat pada tahun 1916 dan tak pernah ditemukan lagi. Kemudian pada November tahun 1997 seekor tokhtor sumatera sukses difoto untuk pertama kalinya oleh Andjar Rafiastanto.
Rusa Bawean
Rusa Bawean yang dalam bahasa Latinnya Axis kuhlii merupakan hewan endemik yang hidup di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Jenis rusa ini merupakan rusa yang populasinya semakin langka dan terancam kepunahan. Rusa Bawean merupakan hewan langka yang hidup nokturnal, lebih sering aktif di sepanjang malam. Menyukai habitat di semak-semak pada hutan sekunder yang berada pada ketinggian hingga 500 mdpl. Rusa Bawean memiliki tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan rusa jenis lainnya. Rusa Bawean mempunyai tinggi tubuh antara 60-70 cm dan panjang tubuh antara 105-115 cm. Rusa ini mempunyai bobot antara 15-25 kg untuk rusa betina dan 19-30 kg untuk rusa jantan. Selain itu, ciri lain dari rusa ini adalah memiliki ekor sepanjang 20 cm yang berwarna coklat dan keputihan pada lipatan ekor bagian dalam. Rusa ini mempunyai kecepatan berlari yang sangat cepat dan cerdik.
Kodok Sumatera
Kodok Sumatera atau nama latinnya Duttaphrynus sumatranus merupakan satwa amfibi paling langka di Indonesia, bersama dengan Kodok Merah (Leptophryne cruentata) dan Kodok Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni). Kodok-kodok tersebut menyandang status Critically Endangered dari IUCN Red List. Diketahui kodok endemik ini hanya mendiami daerah ‘Lubuk Selasih’ di sekitar Gunung Talang di perbatasan tiga kabupaten, Padang Pariaman, Solok dan Pesisir Selatan, provinsi Sumatera Barat. Berbagai ancaman seperti kerusakan habitat dan alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian serta pendangkalan sungai diduga berpengaruh besar pada tingkat keterancaman kodok endemik Indonesia ini.
Merak Hijau
Merak hijau atau bahasa Latinnya Pavo muticus merupakan salah satu burung dari tiga spesies merak. Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae, merak hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengkilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300 cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Merak hijau terdapat di kepulauan Jawa dan statusnya dilindungi oleh undang-undang karena sebagai hewan langka.
Hiu Sentani
Hiu Gergaji atau bahasa ilmiahnya Pristis microdon adalah spesies ikan yang hidup di lautan Indo-Pacific serta dapat juga hidup di sungai untuk melakukan siklus hidupnya. Pada musim hujan antara bulan Desember-Maret, ikan ini akan hidup di sungai air tawar. Sedangkan ketika memasuki musim kering (Mei-Oktober), ikan hiu sentani akan lebih suka tinggal di muara atau teluk yang menyerupai habitat air laut. Selain di Australia, ikan ini juga menyebar ke Kalimantan, Papua, Vietnam, India, Madagascar dan Afrika timur. Di Indonesia sendiri ikan hiu gergaji (Pristis microdon) ini menjadi salah satu hewan endemik yang terdapat di Danau Sentani, Papua. Jumlahnya yang menyusut membuat spesies ini masuk dalam satwa yang patut dilestarikan.
Ikan Arwana Irian
Arowana Irian memiliki bentuk tubuh dengan sisik yang berwarna-warni yang akan menambah pesonanya sehingga kelihatan cantik dan anggun. Banyak pecinta ikan yang memburu spesies ini sebagai ikan hias. Populasinya yang terbatas menjadikan ikan ini sebagai salah satu satwa yang dilindungi. Jadi, tidak sembarang pihak bisa memelihara ikan ini. Bentuk tubuh arwana irian (Sceloropages leichartidti) comperessed, lebar, dan tebal. Bagian tubuhnya terdapat bercak merah atau kuning dan warna sirip dan tubuhnya didominasi dengan warna hijau tua. Arwana irian yang berkualitas baik memiliki sirip dan sisiknya yang utuh, sungutnya tidak patah maupun tertekuk, bola mata bening dan tidak menderita juling.
Nahh.. Itulah beberapa hewan langka yang ada di Indonesia dan dunia. Sebagai warga negara yang baik, sudah sepatutnya kita ikut menjaga kelestarian hidup satwa di Indonesia dengan berbagai cara dan upaya, misalnya mencegah perburuan dan menjaga habitat aslinya.
Semoga Bermanfaat..